Kamis, 21 Oktober 2010

Taufik memperkenalkan Bunga di Propinsi Bengkulu

Is it true Sir Stamford Raffless and Dr. Arnoldy be first botanist for discovering Rafflesia as a new species?

·
Rafflesia Arnoldy bloom on October 2009 at rejang land. (Photo by Marini Sipayung)
Second species report by Sir Raffless but to be the first in official report to publish in the world at year 1818.

Who Gets Credit For Discovering A New Species?
Jealousy In The Jungles of Java and Sumatra


Most accounts give credit to Dr. Joseph Arnold, a British physician. Others believe a French surgeon, Louis Auguste Deschamps, was the first western witness to bring its attention to the scientific world. Of course local people were always aware of the plant.
So who gets to be first and who is second in the annals of history? One story claims discovery in 1797, the other in 1818.
[rafflesia+patma.jpg]
Rafflesia Zollingeriana (Rafflesia Patma) bloom at cagar alam pananjung pangandaran(Photo by Febrina Ariyanti), this first species report by Deschamps from east java at year 1797.

Deschamps was the doctor-naturalist aboard a French frigate that was seized by the Dutch in east Java (Indonesia). But because of his keen interest in natural history, the Governor of the Dutch Colony asked him to survey and study the island. So he made collections all over Java and wrote a manuscript with illustrations and notes of all the remote places visited.
The British and French were at war when Deschamps returned to France in 1803. His boat was captured by British soldiers and all of his notes and specimens became British property. Eleven years worth of research sat idle until a buyer donated them to the British Museum in 1861.
The East India Company in Sumatra was run by Sir Stamford Raffles, the governor. Dr. Arnold, as the lead botanist, took Raffles on his first expedition to the interior in 1818. A villager pleaded to show them "a flower, very large, beautiful and wonderful!" Arnold later wrote that "I rejoice to tell you ... what I consider as the greatest prodigy of the vegetable world."
Sadly, Arnold died of malaria before the expedition finished and soon after this discovery of Rafflesia in Sumatra.
Arnold's research findings found their way back to England, where others finished the analyses and published the new genus of Rafflesia, named for Sir Raffles, in a scientific journal in 1821. Thus marking the official discoverer of Rafflesia as Dr. Arnold.
A Scottish surgeon-naturalist, William Jack, took over the role left vacant by Dr. Arnold in Sumatra. Jack tried to rush through a scientific publication in 1820 on another Rafflesia species to beat Arnold to name-claiming fame. But his efforts were thwarted when the Linnean Society held back his paper to allow Arnold's work to be credited first.
Jack died of a tropical disease soon after sending his findings to England, and was not published until 1880.
Until the 1950s, Arnold was acclaimed as the discoverer of Rafflesia. But remember those research papers deposited in the British Museum?
Searching through Deschamps' notes at the museum, researchers saw an illustration of a big flower. They surmised that in 1797, "Deschamps was the first white man to see and examine Rafflesia, twenty years before Arnold found another species in Sumatra."
And remember that letter Arnold wrote before his death? It mentioned that he saw an illustration in the field notes of a Dr. Horsfield, an American working in Java, that resembled the buds of a Rafflesia flower and the host vine.
That illustration is probably the same one found in the British Museum. So Deschamps, whose life's work was seized and sequestered away by the British, surfaced because of a single drawing.
Rivalries exist in science just as much as on the football pitch. Even back in the 1800s.
Dr. Arnold's discovery was genuine, though not the first. Jack tried to take a shortcut and was stopped due to respect for Arnold. And years later, it took others to break through the British-French rivalry and recognize Deschamps in his rightful place among discoverers.
That is how science works, with jealousy, rivalry, respect, skulduggery, serendipity and whatever humans can conjure up.

Tanah Rejang Salah Satu Habitat Bunga Raksasa Raflesia Arnoldy (Sekedei) dan Bunga Bangkai (Kibut/ Amorphopalus Titanum)

·
Bunga Raflesia dalam bahasa Rejangnya di sebut Bungei Sekedei adalah sangat berbeda dengan Bunga Bangkai (Amorphopalus Titanum) yang dalam bahasa Rejangnya di sebut Bungei Kibut.
Dua species berbeda ini juga tumbuh di Tanah Rejang.
Saya lampirkan kedua poto bunga tersebut agar tidak ada salah pendapat di masyarakat yang selama ini salah mengartikan bahwa bunga Raflesia adalah bunga Bangkai. Perbedaan ini juga jelas dari Nama, bentuk dan cara perkembangbiakannya.
Raflesia adalag tumbuhan parasit yang butuh inang buat berkembang biak, sedangkan bunga bangkai murni bisa tumbuh sendiri karena memiliki umbi yang bisa di tanam, oleh sebab itu bunga bangkai jadi rebutan kolektor dan kebun raya untuk di koleksi karena bisa di kembang biakan seperti di kebun raya Bogor.

ini adalah poto bunga Raflesia Arnoldy dan bunga bangkai yang tumbuh di bagian Tanah Rejang, di ambil dari blog milik Ferry, mudah mudahan ferry tidak keberatan poto dokumennya di puplikasi di blog ini














































Mengenai asal nama bunga Raflesia Arnoldy berikut saya petik dari website diknas Propinsi Bengkulu:

BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI
Sir Thomas Stamford Raffles diangkat menjadi Gubernur Bengkulu pada tahun 1818. Dia tiba di Bengkulu pada bulan Maret 1818 didampingi oleh isterinya Lady Sophia Raffles dan seorang Kepala Adat Jawa Raden Rana Dipura. Dalam perjalanan dari Inggeris ke Bengkulu, Lady Sophia Raffles melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Charlotte Sophia Tanjung Segara Raffles. Ketika Raffles tiba di Bengkulu dia menemukan Bengkulu yang luluh lantak akibat gempa bumi, oleh karena itu kota Bengkulu disebut dengan istilah “Tanah Mati”. Namun setelah itu, Raffles bersama-sama dengan rakyat Bengkulu membangun dan membangkitkan kembali Kota Bengkulu dari puing-puing Tanah Mati. Gubernur Raffles bertugas di Bengkulu selama 6 tahun, yaitu dari tahun 1818 sampai tahun 1824. Selama bertugas di Bengkulu Raffles banyak melakukan perjalanan ke daerah-daerah pedalaman. Dalam salah satu perjalanannya, Raffles dengan didampingi isteri dan Dr. Arnold (pakar Botani), singgah di Desa Pulau Lebar, Lubuk Tapi (Bengkulu Selatan). Di desa inilah Raffles menemukan bunga yang berukuran sangat besar dan indah. Penduduk setempat menamakan bunga ini Petimun Sikinlili Atau Sirih Hantu. Bunga tersebut kemudian diberi nama Rafflesia Arnoldy, diambil dari nama Raffles dan Dr. Arnold. Bunga Rafflesia Arnoldi saat ini sudah menjadi simbol Propinsi Bengkulu yang dikenal dengan nama “Bumi Rafflesia”. Bunga Rafflesia pada masa kini masih sering ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Rejang Lebong dan Desa Talang Tais di Kecamatan Kaur Utara (Bengkulu Selatan).

Rafflesia Arnoldi Blooming at Kepahiang Regency, Rejang Land, Bengkulu Province

·
The Rafflesia arnoldi is the biggest Queen parasite flowers. This parasite mostly have well habitat at many area in rejang Land. In Rejang rafflesia names as Bungei Sekedei.

At february 24th, 2009, my blog author Mr. Musi Ardanis taken photo Rafflesia Arnoldi at conservasi area tropical forest along main road capital city Bengkulu to Kepahiang Regency. he try to show us the Queen of parasite closed to full bloom as you see at photo below :)

Predictable in next two day will be full bloom.
Rafflesia Arnoldi in Kepahiang Regency
The tetrastigma near Rafflesia arnoldi bloom, this is the host of queen parasite
The forest where the Rafflesia arnoldi often bloom in Kepahiang regency

Rafflesia Arnoldii - The Devil Betel Nut Set Flower from Rejang Land

·



Known as Bungei Sekedei by Rejang people, has meaning as Devil Betel Nut Set Flowers, Rafflesia arnoldii still survive at tropical rain forest Bengkulu province, sumatra island. Where Sir Stamford Raffless and Arnoldii known as founder this creature and make discription about this flowers to world wide for the first time.

This is the evidence, Rafflesia arnoldii, Rafflesia bengkuluensis, Rafflesia Hasselti and biggest flowers in the world Titan arum still survive and often blooming closed to every year at rejang land, part of Bengkulu province. So if you interest to see and make research about species above, rejang land rain forest is the right place. As part of Bengkulu province, I believe many flora fauna in my home town need research and discription from all of you. Are you interest? So let`s visit rejang land, the truely sumatra highland.

Rafflesia hasseltii

·
Rafflesia Hasseltii Suringar
Raflesia merah putih
Cendawan muka rimau
Bloom in Rejang Land, Sumatra

Rafflesia Hasselti Suringar pertama kali ditemukan di Muara Labuh dan Alahan Panjang, Sumatera Barat oleh Suringar dan dipublikasikan oleh Koorders thn 1918. Oleh karena itu Rafflesia Hasselti di anggap Bunga Asli Solok Selatan. Setelah itu, bunga yang tidak mempunyai butir-butir klorofil ini seakan menghilang.

Bunga ini juga disebut Rafflesia hasseltii Suringar atau Raflesia Merah Putih, di kota Solok Selatan bunga ini di sebut Cendawan muka rimau, karena warnya yang belang belang seperti wajah harimau.

Bloom in Rejang Land, Sumatra

Spesies hasselti memang tumbuh endemic (hanya di daerah tertentu saja), yakni di Pulau Sumatera, termasuk di tanah rejang seperti terlihat di photo.

Bercak putih pada bunga ini cukup dominant. Inilah, salah satu hal yang membedakan rafflesia ini dengan spesies yang lain. Pada spesies rafflesia lainnya, bercak putih tampak kusam dan berupa titik-titik kecil. Kelopak bunganya berdiameter sekitar 60 cm dan berwarna merah bata.

Jenis tumbuhan ini sangat langka dan bahkan tergolong endemik. Jenis ini sebenarnya bukan termasuk jenis jamur atau cendawan akan tetapi termasuk tumbuhan holoparasit, yakni tumbuhan yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya pada tumbuhan lain untuk kebutuhan makanannya.

Sebagaimana anggota kelompok Raflesia, jenis ini tidak mempunyai klorofil, namun mempunyai akar isap (haustorium) yang berfungsi sebagai penyerap nutrisi yang dibutuhkannya. Raflesia hasselti hidup dengan cara menghisap sari-sari makanan dari liana Tetrastigma lanceolarium yang menjadi inangnya. Jenis ini tidak mempunyai daun, akar dan batang, tetapi hanya berwujud bunga yang menempel pada akar atau batang liana.

Siklus hidup Raflesia hasselti sangat lama. Diduga waktu yang dibutuhkan dari knop/kuncup awal (diameter 0,5cm) sampai knop siap mekar (diameter 18 cm) adalah 280 hari. Waktu untuk knop mulai mekar sampai mekar sempurna 1 hari (24 jam) dan bunga akan mekar dan kemudian membusuk selama 5-8 hari (waktu yang sangat singkat untuk menikmati keindahan bunga ini sebagai salah satu bukti kebesaran Tuhan). Dengan demikian total siklus hidup Raflesia hasselti dari knop awal sampai mekar sempurna dan akhirnya membusuk adalah 288 hari atau sekitar 9 bulan.

Ciri Morfologi

Warna bunga merah bata & putih pucat, lebar kelopak 35-60 cm, diafragma diskus 7-9 cm diameter diskus 13 cm & tinggi diskus 9 cm, jumlah cuatan bunga (duri-duri pada diskus) sebanyak 15-­21 buah. Warna putih pd bunga cukup dominan, julukan spesies "Rafflesia Merah Putih".

Bloom in Rejang Land, Sumatra

Pada waktu mekar bunga ini mempunyai diameter 20-50 cm dengan ciri khas adanya bercak-bercak putih memanjang yang lebih dominan pada permukaan diafragma bunga dan mengeluarkan bau busuk. Bau busuk akan terasa sangat tajam pada hari ke 2-3 sejak mekar, oleh karena itulah orang sering menyebutnya bunga bangkai.

Rafflesia Hasselti from Bukit Tiga Puluh Park
Tumbuhan yang tergolong dalam famili Raflesiaceae dari divisio Spermatophyta ini termasuk vegetasi berumah dua (dioceos), artinya bunga betina dan bunga jantan terpisah pada individu yang berbeda. Biji sebagai alat perkembangbiakannya kemungkinan besar disebarkan oleh aliran air, angin, serangga tanah dan mamalia hutan yang berkuku, karena kuku mamalia hutan dapat menimbulkan luka pada liana dan membawa biji-biji Raflesia hasselti yang sangat kecil untuk menempel padanya.

Kondisi Habitat

Penyebaran Raflesia hasselti sangat dipengaruhi oleh penyebaran tumbuhan inang Tetrastigma lanceolarium dan faktor penyebaran biji. Berdasarkan hasil ekspedisi yang dilaksanakan oleh Balai TN. Bukit Tigapuluh, Fakultas Biologi UNRI, dan MAPALA OASIS pada bulan April 2003 ditemukan lebih dari 20 knop bunga Raflesia hasselti yang sedang mulai mekar di Dusun Tanah Datar, di tengah kawasan TN. Bukit Tigapuluh.
Tindakan konservasi rafflesia adalah dgn melestarikan & melindungi ekosistem hutan dari aktifitas manusia yg merusak. Kehadiran rafflesia di areal hutan alam berfungsi sbg indikator & motivator kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di ekosistem hutan tsb. Status hutan merupakan kawasan hutan produksi terbatas, bukan kawasan hutan konservasi/cagar alam, sehingga status kelangkaan dari Rafflesia hasseltii dpt dikategorikan genting (endangered), karena populasi spesies ini terancam punah & tdk dpt bertahan tanpa perlindungan yg ketat oleh manusia untuk menyelamatkan habitat & populasinya dari kerusakan akibat eksploitasi hutan.

Di Indonesia jenis tumbuhan yang tergolong langka ini dilindungi undang-undang. Status kelangkaan refflesia sp. Adalah vulearable (rawan), endangered (genting), dan untuk beberapa jenis dapat dikategorikan ke dalam kelangkaan indeterminate (terkikis).

Status kelangkaan vulnerable rafflesia termasuk ketegori jenis yang terancam punah, terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dan eksploitasinya terus berlangsung sehingga perlu dilindungi.

Pelestarian bunga rafflesia melalui penangkaran hingga saat ini belum berhasil. Pelestarian yang mungkin dilakukan adalah dengan konservasi insitu, yaitu melindungi habitat asli dari kerusakan dan eksploitasi hutan. Di samping itu upaya pelestarian tanaman yang hanya dijumpai di sebelah barat Garis Wallace ini.

Sumber :
  • http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/03/rafflesia-hasselti-bloom-in-rejang-land.html
  • www.changjaya-abadi.com dan Rafflesia Indonesia
  • www.bukit30.org/flora.php?bagian=flora10
  • http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/05/rafflesia-hasseltii.html

Blooming Rafflesia arnoldi in Rejang Land

·

[rafflesia+arnoldy.jpg]

Mr. Johan Van Roy with full blooming Rafflesia Arnoldi in Rejang Land, Bengkulu Province. Upload date 18 January 2009
Bunga Bangkai
Bunga bangkasi adalah bunga terbesar dan tertinggi di dunia. Nama bunga bangkai menyaingi kebesaran nama bunga Rafflesia Arnoldii yang menyandang gelar sebagai Queen of Parasite (Ratu tumbuhan parasit).
Dari berbagai explorasi botani yang di lakukannya, tahun 1877 Odoardo Beccari melakukan expedisi ke Australia dan kembali melalui sumatera sambil melakukan explorasi di tahun 1878. Salah satu rute perjalanannya adalah menuju Kepahiang, saat itu kepahiang sudah masuk kota penting dalam keresidenan Bencoolen, yang kini di kenal sebagai propinsi Bengkulu. Di perjalanan di Kepahiang (1878) ini ia menemukan tumbuhan bunga bangkai. Kemudian oleh rekannya Prof. Giovanni Arcaneli dari Turki, diberi nama ilmiah Amorphophallus titanum terhadap hasil temuan Beccari tersebut. Sejak itu dunia botani mengenal bunga bangkai dengan nama Amorpophallus titanum Beccari. Kota Kepahiang saat ini merupakan salah satu ibukota kabupaten di Tanah Rejang yang merupakan bagian propinsi Bengkulu.



Bunga Bangkai yang mekar di Sydney Australia

Bibit bunga bangkai ini oleh Dr. Beccari kemudian di kirim ke Royal Botanic Gardens Kew melalui Italia, dan berhasil tumbuh dengan baik. Di kebun raya Kew bunga ini mekar pertama kali tahun 1889. Tahun itu di catat sejarah sebagai tahun pertama bunga bangkai mekar di belahan dunia lain, di luar habitat aslinya Sumatera.

Oleh karena belum ada alat dokumentasi seperti sekarang, semua data mekarnya bunga bangkai di jaman itu di buat dalam Ilustrasi gambar yang di publikasi Curtis' Botanical Magazine Images.

Setelah mekar pertama kalinya, bunga ini kemudian jadi terkenal di kalangan botanis dunia. Kebun raya Kew yang terkenal itu punya adalah kebun raya pertama di dunia yang pertama berhasil mengembang biakan bunga terbesar di dunia ini di luar habitat aslinya (Sumatera), meskipun kebun raya ini belum berhasil mengembangbiakkan satu lagi bunga terbesar tandingan bunga bangkai yaitu bunga Raflesia Arnoldii yang juga punya habitat di Sumatera dan Borneo. Tapi mereka bangga karena berhasil mengembangbiakkan salah satu di antaranya.

Akhirnya bunga ini menjadi koleksi exlusif hampir semua kebun raya di Eropa dan Amerika, bahkan hampir semua kebun raya besar di Benua lain memilikinya. Lihat Gallery Blog Titan Arum di berbagai kebun raya punya koleksi bunga bangkai.

Propinsi Bengkulu dan Bunga Bangkai
Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 1989 tentang identitas flora masing-masing provinsi, Identitas flora bengkulu di tetapkan secara resmi oleh pemerintah adalah Amorphophallus titanum alias bunga bangkai. Bunga Rafflesia Aronoldii bukan sebagai flora identitas Bengkulu tapi menyandang gelar yang lebih tinggi yaitu bergelar sebagai Puspa Langkah Indonesia. Kedua bunga raksasa ini yaitu bunga bangkai dan bunga rafflesia arnoldi pertama kali di temukan di propinsi Bengkulu.

Melalui artikel ini semoga masyarakat Bengkulu bisa mengetahu bahwa Identitas Flora propinsi Bengkulu adalah bunga Bangkai, bukan bunga rafflesia, karena sering sekali terjadi salah pengertian, banyak penduduk Bengkulu mengira flora identitas mereka adalah bunga rafflesia, padahal itu salah. Yang benar adalah bunga bangkai.

Saran buat Pemda
Memiliki kekayaan hayati yang sangat memukau seluruh dunia merupakan kebanggaan yang tak terkira. Setidaknya nama daerah bisa jadi di terkenal. Sayangnya kepopuleran flora dan fauna ini mungkin belum optimal di manfaatkan oleh pemerintah daerah. sebagai sarana promosi daerahnya.

Habitat bunga bangkai hampir merata ada di pulau sumatera, terdiri dari berbagai strain species. Kepahiang, Rejang-Lebong, Bengkulu, adalah tempat yang di catat oleh dunia dalam sejarah penemuan bunga bangkai pertama kali (discovery of Amorphophallus titanum Beccari).

Saya hanya mengusulkan, mengapa tidak mungkin pemda melakukan gebrakan, seperti setiap rumah dinas atau kantor bupati yang halamannya sangat luas itu, disisakan lahan 20m x 20m saja untuk memulai menanam bunga bangkai. Tidaklah sulit , karena budi daya bunga bangkai hanya membutuhkan umbinya sebagai bibitnya. Di ladang ladang, gunung dan bukit bukit sumatra sangat banyak jenis amorphopallus yang tumbuh, jadi tinggal memindahkannya saja ke halaman rumah dinas bupati atau halaman kantor bupati. Semakin banyak yang di tanam semakin bagus, karena kemungkinan berbunganya makin besar, karena rata rata bunga bangkai berbunga 3 tahun sekali.

Bila kelak ada bunga bangkai yang mekar, saya yakin, kantor atau rumah bupati yang berhasil membudidaya bunga bangkai ini daerahnya semakin terkenal, dan kita juga pasti ikut bangga karena pemda bisa melestarikan identitas floranya. Selain itu, Pemda-pemda di propinsi Bengkulu harusnya bisa membuktikan kalau bunga bangkai memang pantas sebagai identitas flora prop. Bengkulu.

Dana budidaya bunga ini saya rasa taklah sebesar membuat taman-taman yang di proyekkan di daerah, yang kini sarat dengan korupsi dan kolusi. Di kebun raya bogor tanaman bunga bangkai di tanam di area yang tidak begitu luas, dan sangat sederhana. Kapan pemda bengkulu bisa berbuat bijaksana untuk bunga bangkai ini? Hingga kini kita belum tahu. Sangat mengenaskan memang !!

1 komentar:

  1. Terima kasih infonya.. Blognya bagus.. Isinya juga mengandung informasi yang bermanfaat, jadi tambah pengetahuan ^_^'

    BalasHapus